Ever heard the story of the giant ship engine that failed? The
ship's owners tried one expert after another, but none of them could figure but
how to fix the engine. Then they brought in an old man who had been fixing ships
since he was a youngster. He carried a large bag of tools with him, and when he
arrived, he immediately went to work. He inspected the engine very carefully,
top to bottom. Two of the ship's owners were there, watching this man, hoping he
would know what to do. After looking things over, the old man reached into his
bag and pulled out a small hammer. He gently tapped something. Instantly, the
engine lurched into life. He carefully put his hammer away. The engine was
fixed! A week later, the owners received a bill from the old man for ten
thousand dollars. "What?!" the owners exclaimed. "He hardly did anything!". So
they wrote the old man a note saying, "Please send us an itemized bill."
The man sent a bill that read:
Tapping with a hammer : $ 2.00
Knowing where to tap : $ 9998.00
~Effort is important, but knowing where to make an effort in
your life makes all the difference.
Diambil dari email berantai yg tersebar di milis ini
Deu, berasa gimana-gitu-ya pas bacanya. Jadi ingat suatu peristiwa yg lalu, dimana ketika itu ada suatu masalah dan gw ga tau harus gimana baiknya. Terus akhirnya gw ceritain masalahnya sama orang yg lebih senior (baca : berpengalaman) dalam hal itu dan (abrakadabra!) dia cuman bilang "Ya udah, diginiin aja. Kan jadinya blablabla..". Nah,"ya udahnya" dia itu merupakan solusi terbaik buat masalah yg lagi gw hadapi dan tidak pernah gw terpikirkan sebelumnya.
Gw meyakini bahwa "experience does matters". Gak heran dong kalau liat di lowongan2 kerja dicari orang yg berpengalaman di bidang tertentu. Itu karena pengalaman tidak diajarin di sekolah/kampus. Pengalaman sama saja dengan guru yang berharga dalam mengajarkan "the reality", "prakteknya", "kenyataannya". Sering kali, teori yg didapat di kuliah tdk sesuai dg kenyataan di lapangan atau justru banyak yg tidak diajarkan di kuliah bisa didapat melalui pengalaman. Ini dengan catatan, pengalaman tersebut memang dimanfaatkan sebagai guru ya... Inget gak waktu guru/dosen mengajar, tapi (maha) siswanya tidak memperhatikan? Ini mah jadinya tidak jadi pelajaran bagi (maha) siswanya, ya...sama aja ga dapat pelajaran. Yg salah di sini bukan guru/dosennya, tp (maha) siswa yg tidak mengambil pelajaran darinya. *Kayaknya bakal ada yg siap2 bilang, "Beda lagi kalau memang guru/dosennya tidak mengajar dg baik, sama aja bo'ong klo muridnya memperhatikan. Iya, iya, sabar, sekarang kan diarahinnya mau ke pengalaman, bukan guru :D*
Pengalaman juga yg menjadikan perusahaan jenis tempat gw bekerja (baca : konsultan) bisa maju. Tanpa pengalaman di bidangnya, enggak mungkin klien2 mempercayakan urusannya ke perusahaan jenis tsb. Kalau belum berpengalaman, misalnya, bagian rekrutmen suatu perusahaan mungkin tidak tahu tes psikologis apa yg sesuai, apa yg mesti digali dlm wawancara, berapa perbandingan pengawas, skorer & peserta tes, bagaimana bentuk laporan, dll. Biayanya mahal? Yaiyalah...karena yg dibayar kan enggak cuma 'apa yg dilakukan' tapi juga 'pengalaman yg diperlukan untuk melakukan' itu. Sebenarnya mahal/enggaknya, dikembalikan lagi pada yg menilai sih. Kalau (refer ke contoh cerita di atas) menilainya hanya dari 'ketukan palu'-nya saja maka mungkin dinilai mahal, tp kalau juga menilai 'pengalaman bertahun-tahun untuk tahu dimana tepatnya harus mengetuk' maka "mahal"-nya itu harus dikaji lagi.
=====================================================
Setelah dibaca lagi, gw kok kyk mo promosiin perusahaan-tempat-saya-mencari-segenggam-berlian ya? Hehehe...padahal ga maksud gt. Tiba2 aja idenya ke arah situ di tengah2 tulisan ;-).
No comments:
Post a Comment